Menu

19. PROOFREADING

Ketika Anda menulis, ada baiknya untuk menguji-baca (proofread) tulisan Anda. Jika Anda seorang jurnalis, hal ini wajib dilakukan. Namun, tidak cukup hanya menguji-baca tulisan Anda sendiri untuk memastikan apa yang Anda tawarkan kepada pembaca surat kabar Anda sempurna tanpa cela. Setiap penulis memiliki keunikan, kebiasaan, dan gaya masing-masing. Dalam jurnalisme profesional, uji-baca (proofread) kedua oleh orang lain adalah wajib hukumnya.

KOREKSI KEDUA ITU TUGAS SUCI: 
SEBUAH TULISAN SEBAIKNYA TIDAK DITERBITKAN SEBELUM DIUJI-BACA DAN, JIKA PERLU, DIKOREKSI OLEH SESEORANG SELAIN PENULISNYA.

Penguji-baca halaman (proofreader)profesional adalah sosok yang langka. Perangkat lunak komputer sekalipun tidak akan pernah mampu menggantikan peran seorang penguji-baca-halaman utama. Kini, tim redaksi bebas untuk mengatur uji-baca halaman dan koreksi di antara mereka sendiri sebelum suatu tulisan diterbitkan. Tidak ada pengecualian untuk aturan ini: tidak peduli siapa pun penulisnya, entah jurnalis magang atau pun direktur surat kabar, tak satu pun artikel dapat diterbitkan tanpa dikaji kritis sebelumnya.

Rantai produksi yang sangat memperhatikan kualitas tulisan memiliki dua tingkatan uji-baca halaman: pertama, tempat tulisan itu dibuat (bagian atau departemen) dan kemudian tempat tulisan tersebut divalidasi sebelum dicetak (pemimpin redaksi atau ruang redaksi). Sistem yang paling masuk akal adalah dengan mendistribusikan uji-baca halaman di antara editor bagian dan wakilnya.

UJI-BACA HALAMAN ADALAH PELUANG TERAKHIR UNTUK MENAMBAHKAN NILAI.

Uji-baca halaman mengoreksi kesalahan tata bahasa dan kesalahan ketik, memperbaiki bagian yang menimbulkan kebingungan atau pleonasme, menulis ulang bagian-bagian yang terasa janggal, memastikan penggunaan huruf besar secara konsisten, dan lain-lain. Misalnya: Untuk sekadar (bukan sekedar) menatap wajahnya, ia tak sanggup. Ratusan bus (armada bus) siap mengangkut pemudik dari Bogor” (jangan menuliskan “ratusan armada bus” yang membuat kalimat itu menjadi lewah/berlebihan).

Uji-baca halaman menyempurnakan tulisan dengan menghilangkan kalimat-kalimat yang buruk, memeriksa apakah tanda baca sudah digunakan dengan tepat, mencari bagian yang mengandung klise, atau menghilangkan kata-kata yang berulang. Misalnya, kita harus berhenti menggunakan frasa “berburu ke padang datar”, “membuka lembaran baru”, “menegakkan benang basah”, atau “bagai air di daun talas”! Dan berhentilah menggunakan terlalu banyak tanda kurung dan tanda seru! Dan dalam hal elipsis, cukup ketikkan tiga titik…

Uji-baca halaman itu memperbaiki tulisan dengan menghilangkan frasa dan pengulangan yang tidak perlu, mengganti kata-kata yang kurang tepat, menggunakan kata-kata yang bermakna daripada yang hampa makna, dan menggali jauh ke dalam kekayaan bahas kita untuk mengubah tulisan klise menjadi cerita yang elegan. Misalnya: Gunakan “mengubah” bukan “merubah”, bila yang dimaksud ialah “mengganti” karena “merubah” berarti “berubah menjadi “rubah”.

Kesimpulan: setiap jurnalis memerlukan kamus yang mudah diperolehnya setiap kali dibutuhkan. Kamus adalah senjata penting dalam melakukan uji-baca halaman.

Tim redaksi harus memiliki akses tanpa batas ke kamus, tesaurus, dan buku perihal tata bahasa dan sintaksis setiap saat. Dalam penggunaan bahasa Inggris, situs web Oxford English Dictionary memuat beragam contoh penggunaan kata dalam bahasa Inggris.
Penulis selalu mendapatkan manfaat secara profesional dari revisi, dan akan secara sukarela menerima koreksi. Namun, penguji-baca halaman (proofreader)harus selalu memahami sensitivitas atau ego penulis: komentar tentang kesalahan harus dibuat dengan sopan, tanpa mengejek, dan dilakukan secara pribadi atau tatap muka secara langsung.

UJI-BACA HALAMAN BUKANLAH PENAFSIRAN ULANG

Tentu saja, mungkin terkadang penguji-baca halaman juga mempertanyakan isi, bukan hanya bentuk tulisan. Laporan saksi atau keterangan tertentu yang lemah dapat menyebabkan pemimpin redaksi mempertanyakan apa gunanya analisis atau penafsiran. Hal ini dapat mengarah pada situasi sulit yang harus ditangani dengan hati-hati. Bagaimanapun, uji-baca halaman bukanlah upaya menafsirkan ulang karya penulis. Sentuhan yang dibuat untuk menyempurnakan teks tidak boleh merusak makna teks atau gaya penulisnya. Karena jurnalisme adalah kerja tim, pemangkasan dan penulisan ulang harus didiskusikan dan dikoordinasikan. Hal tersebut harus disepakati antara penulis dan atasan mereka.
Jika setiap orang bertindak dengan iktikad baik, proses perbaikan akan berjalan lancar. Perubahan yang dimadatkan dari atas tidak akan pernah produktif.

NILAI TAMBAH DARI UJI-BACA HALAMAN TERUS BERUBAH …

Semua bahasa berkembang. Selama 20 tahun terakhir, bahasa Inggris telah mengalami perubahan dalam banyak hal. Dan karena bahasa Inggris adalah bahasa deskriptif, tidak ada peringatan atau pemberitahuan tentang perubahan ini. Namun, seorang jurnalis yang baik mencari dan mengikuti tren yang berkembang. Dan belajar untuk memanfaatkannya semaksimal mungkin!